Tampilkan postingan dengan label Renowned Architect. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renowned Architect. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Juli 2009

Pemukiman di tepi Kali Code Yogyakarta karya YB Mangunwijaya


YB Mangunwijaya (1929-1999), seorang Romo Katolik yang banyak dikenal sebagai seorang budayawan, sebenarnya juga merupakan seorang arsitek yang sangat istimewa. Bahasa bentuk Romo Mangun sangat orisinil, tidak meniru-niru atau berasosiasi dengan style-style yang ada, melainkan lahir dari pemikiran dan proses kreatifnya sendiri.

Salah satu karya beliau adalah pemukiman di pinggiran kali Code Yogyakarta yang mendapatkan penghargaan internasional Aga Khan Award for Architecture tahun 1992. Pemukiman ini adalah suatu proyek revitalisasi kota yang berbasis partisipasi masyarakat. Di lokasi ini, lingkungan pemukiman yang dulunya kumuh & tidak higienis berhasil ditata dengan cara pemberdayaan masyarakat. Jadi masyarakat sendiri yang diajak membenahi lingkungannya sendiri.

Pada mulanya kampung kali Code adalah pemukiman kumuh di pinggiran Kali Code beranggotakan 30-40 keluarga. Kebanyakan pemukimnya adalah pekerja kasar dan informal di lingkungan sekitar kawasan. Pada tahun 1983 pemerintah bermaksud menggusur pemukiman ini, namun atas permohonan ketua RT Willi Prasetya dan Romo Mangun, rencana tersebut ditangguhkan. Sebagai gantinya diselenggarakan suatu proyek revitalisasi dengan melibatkan 2 koran lokal untuk mendukung pendanaan

Perencanaan dan pembangunan area ini dimulai pada tahun 1983 dan selesai selama kurang lebih 2 tahun. Hampir tidak ada gambar atau dokumen konstruksi dibuat untuk proyek ini. Semua berlangsung secara spontan dan alamiah. Secara umum konstruksi rumah berbentuk huruf A dengan rangka dari bambu, dinding bilik bambu dan atap seng. Hanya tiga tukang kayu dan 2 tukang batu dipekerjakan untuk proyek ini, selebihnya adalah tenaga partisipasi warga dan sukarelawan. Mahasiswa seni rupa ikut terjun sebagai relawan untuk membimbing warga memperindah tampilan luar rumah mereka.

Bahasa estetika dari Kali Code ini adalah bahasa estetika rakyat jelata yang tradisional, berwarna-warni, sederhana tanpa pretensi berindah-indah. Mungkin agak banal, tapi apa adanya. Namun selain estetika visual, dalam proyek ini terpendam juga estetika kemanusiaan yang justru lebih indah. Yaitu bagaimana sesuatu yang dicap jelek, kumuh, tidak bernilai ternyata mampu bertransformasi menjadi sesuatu yang bernilai, bahkan memberi nilai tambah pada estetika perkotaan.

Masih adakah revitalisasi perkotaan semacam ini di Indonesia saat ini ?


Info lebih lanjut, ada di :

















Minggu, 21 Juni 2009

About Morphosis





Morphosis is definitely one of my favourite designer firm. Its works reflects an architecture that is suitable for recent development in modern society.




Thom Mayne, with Michael Rotondi, founded Morphosis in 1972 to develop an architecture that would eschew the normal bounds of traditional forms. Beginning as an informal collaboration of designers that survived on non-architectural projects, its first official commission was a school in Pasadena, attended by Mayne's son. Publicity from this project led to a number of residential commissions, including the Lawrence Residence.
Since then, Morphosis has grown into prominent design practice, with completed projects worldwide. Under the Design Excellence program of the United States government's General Service Administration, Thom Mayne has become a primary architect for federal projects. Recent commissions include: graduate housing at the
University of Toronto; the San Francisco Federal Building; the University of Cincinnati Student Recreation Center; the Science Center School in Los Angeles, Diamond Ranch High School in Pomona, California; and the Wayne L. Morse United States Courthouse in Eugene, Oregon.



Morphosis's Design Philosphy

Morphosis’s design philosophy arises from an interest in producing work with a meaning that can be understood by absorbing the culture for which it was made. This is in opposition to typical architectural philosophies which overlay meaning from outside influences and are distant from the question at hand.The word “metamorphosis” (from which the name Morphosis is derived) means a “change in form or transformation.” For Morphosis this reflects a design process intuitively embedded within an increasingly groundless modern society that is exemplified by the shifting landscape of Los Angeles (the firm’s home). Their working method values contradiction, conflict, and change, and understands each project as a dynamic entity. Thom Mayne's use of unconventional forms and materials and the ability to deliver innovative work on a tight budget has made him the government's favorite architect. Thom Mayne is know for the use of glass, concrete and steel in construction and space saving and energy efficiency in his designs.The work of Morphosis has a layered quality. The designs often include multiple organizational systems which find unique expression while contributing to a coherent whole. Visually, the firm’s architecture includes sculptural forms which often appear to arise effortlessly from the landscape. In recent years this has been increasingly made possible through the use of computational design techniques which simplify the construction of complex forms.

Proposal untuk Taipei Performing Art Center oleh Morphosis

Morphosis, sebuah biro arsitektur asal California menciptakan sebuah desain yang futuristik untuk Taipei Performing Art Center.Desain bangunan ini didasari konsepsi bahwa sebuah teater bukan merupakan wadah elitis, melainkan inklusif. Akses publik dengan wajah bangunan yang mencerminkan fungsi di dalamnya dengan beragam material menandai bangunan yang futuristik ini. Lebih lengkap lagi di http://www.designboom.com/weblog/cat/9/view/5743/morphosis-architects-taipei-performing-arts-center-proposal.html