Sabtu, 23 April 2011

Semarang Old City

Semarang City, the capital of Central Java that was emerge since 16th centry has many historical buildings, like Lawang Sewu, the Chatedral and shophouses in Chinatown. One area that has so many historical buildings, especially colonial buildings is Semarang Old City. I have the opportunity to take some photographs in that region last December, which I would like to share with my dear readers.

Old City lays in northern part of Semarang, roughly from Berok Bridge to Tawang railway station. During the Dutch colonial era, this area was the downtown or the city center of Semarang, where all important government and public office was situated. Old City was built since Semarang- Kaligawe was handed over by Amangkurat II to Dutch East India Company in 15 January 1967 as a reward for suppressing Trunojoyo uprising.



The oldest building in Old City is Blenduk Church. Built in 1753 by Dutch community, it is the oldest Christian Church in Central Java. The name Belnduk came from its half sphere dome, which is called 'blenduk' in Javanese. The dome itself actually was built during huge renovation in 1894, At that moment the two minarets side by side the entrance with four Classical Doric columns was also built. Blenduk Church is still in use today by West Indonesia Christian Church, and is well preserved.



















Across the curch there is formerly Nilmij Insurance office, designed by renowned Dutch architect Thomas Karsten, which is an important figure in Colonial Archtecture. This building was the first modern construction in Semarang and also the first to use a manually operatrd lift. Now the building is still occupied as Jiwasraya Insurance office.




















In the vicinity of Gereja Blenduk stands a two-story European-style building known simply as Marba, which many consider the most beautifully designed in the area. The red-brick building, currently used as an office for a political party, was formerly a European-only supermarket.



















The buildings in Old City mostly built in early 20th century, so there was a lot of influence from modernism in their architectural style. This combined with art deco, art nouveau and Chinese style has made this buildings unique. The tropical climate, with its high humidity, intense heat, torrential rain also dictates the appearance of these buildings. Sometimes the term colonial architecture was used to mention the style of the buildings. In fact we cannot find such style in their origin country, the Netherlands. It only flourished in Indonesia and south east Asia, one of the many eason why these buildings should be preserved.






































































































As an architectural artefact these buildings is very precious because they have very beautiful details, as seen in these photos of doors and windows. People do not make wooden doors, iron bars and stained glass like these anymore because they are too intricate and cost a lot of money.













































Despite of that consideraton, it is sad that Old City Semarang is not well maintained, a lot ot its buildings crumbled an ruined. Homeless people take these once prestigious buildings as their shelter. Local government actually have done some effort to improve the quality of the environment by laying pavement blocks in this area, with the aid from World Bank fundings, but that was not enough.

The restoration, rennovation or revitalitation of these buildings costs a lot of money and demands special expertise. The private ownership of the buildings creates more obstacles to the effort. There is Old City Foundation, an organization with its mission to help preserving the of Old City of Semarang. They need support from the citizen of Semarang to fulfill its mission.

Rabu, 13 April 2011

Concrete pump [2]

Teman-teman, seperti yang saya sebutkan pada posting yang lalu, sekarang saya menampilkan jenis concrete pump yang lazim dipakai dipakai di bangunan tinggi. Mesin ini portable, bisa dibawa-bawa dengan ditarik mobil, namun tidak memiliki belalai. Sebagai gantinya, digunakan rangkaian pipa untuk menyalurkan beton. Rangkaian pipa ini bisa disusun setinggi 10 lantai lebih tergantung kemauan.
Pada gambar di samping tampak mobil mixer menuangkan beton ke dalam bak concrete pump tersebut.

Jumat, 25 Maret 2011

Mobile Concrete Pump [1]

Teman-teman, pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan kawan saya, mesin yang besar dan handal bernama concrete pump atau pompa beton. Alat ini dipergunakan manakala perlu dilakukan pengecoran dalam jumlah besar pada lokasi yang sulit, misalnya di ketinggian. Tanpa alat ini pengecoran dengan kondisi seperti di atas akan memerlukan banyak tenaga kerja dan waktu yang lama.
















Pada saat foto ini diambil, tengah dilakukan proses pengecoran lantai 3 seluas 170m2. Ketinggian pengecoran 8m dan beton yang dibutuhkan sebesar 30m3. Dengan concrete pump, pekerjaan bisa diselesaikan selama 3 jam. Jika dilakukan tanpa concrete pump mungkin akan memakan waktu 12 jam dengan tenaga kerja sangat banyak.

Seperti dapat teman-teman lihat, concrete pump ini bersifat mobile karena dipasang di badan sebuah truk. Belalainya yang sepanjang 15m dapat dilipat pada saat dalam perjalanan.

Pengoperasian concrete pump sederhana saja. Beton segar yang masih cair dituang dari mobil mixer ke dalam sebuah bak, selanjutnya dipompa ke atas melalui belalai ke area yang akan dicor. Belalai concrete pump dapat digerakkan sesuai kebutuhan dengan kontrol seorang operator melalui sebuah remote.














































Selain dari yang tergambar di foto, ada tipe concrete pump yang lebih kecil, untuk menangani pengecoran dengan volume yang lebih sedikit dan posisi yang tidak terlalu tinggi. Biasanya concrete pump kecil ini dipergunakan pada perumahan atau renovasi.

Ada juga concrete pump yang tidak melekat di truk dan terpisah dari belalai. Pompa semacam ini biasa dipakai untuk bangunan tinggi seperti pencakar langit. Pada pekerjaan semacam itu, penggunaan belalai tidak memungkinkan lagi. Beton dipompa lewat pipa baja yang menjulang sepanjang tepi bangunan.

Jika ada kesempatan, saya akan menulis mengenai alat yang ini, namun untuk sementara cukup sekian cerita saya kali ini.

Kamis, 17 Maret 2011

Pabrik Rangka Atap Baja Ringan

Teman-teman, kebetulan saya tadi berkunjung ke pabrik rangka atap baja ringan dan melihat proses pembuatannya, yang ternyata sangat sederhana.

Ternyata bahan baku baja ringan yang datang ke pabrik berupa plat gulungan zinc alum, dengan ketebalan bermacam-macam sesuai kebutuhan.

Plat ini selanjutnya dipress dengan mesin sesuai bentuk yang dikehendaki apakah profil C atau V dan dipotong sesuai panjang pasaran.

Jadilah rangka baja ringan tersebut. Sangat mudah, siapa tahu Anda ingin membuat pabrik semacam ini.


Selasa, 08 Maret 2011

Seputar Roof Sheet

Teman-teman, setelah berbulan-bulan tidak nulis, akhirnya muncul kembali kemauan nulis saya. Mohon maaf pada teman-teman follower.

Karena postingan terakhir saya adalah mengenai atap kepingan/roof tile, maka saat ini saya akan melanjutkan dengan membahas atap lembaran/roof sheet.

Roof sheet adalah bahan atap berupa lembaran. Contohnya atap seng, asbes dan zinc alume.

Keuntungan / keunggulan roof sheet adalah :
1. Bahan yang ringan sehingga tidak dibutuhkan konstruksi kuda-kuda yang kuat.
2. Pengerjaan lebih sederhana, sehingga waktu konstruksi singkat.
3. Relatif tahan terhadap kebocoran, karena berupa lembaran utuh

Kelemahan / kerugian roof sheet adalah :
1. Tidak cukup memberikan insulasi panas, karena penampangnya yang tipis. Atap seng & zinc alume justru meneruskan panas karena berbahan dasar logam.
2. Tidak cukup memberikan insulasi suara, juga karena penampangnya tipis. Karena itu roof sheet akan bising ketika diterpa hujan.

Oke, sekarang kita akan membahas berbagai macam roof sheet.

1. Seng / zinc
Dari berbagai macam roof sheet, bahan ini yang paling murah. Untuk atap biasanya dipergunakan seng gelombang. Seng plat ada juga, biasanya untuk bahan talang.
Kualitas seng antara lain ditentukan oleh ketebalannya, yang pada akhir-akhir ini hanya tersedia yang tipis saja. Atap seng bersifat sangat menghantarkan panas, sehingga ruangan menjadi panas pada siang hari. Selain itu mudah berkarat, sehingga hanya selama 2-3 tahun karena bocor berkarat.

2. Atap asbes
Atap asbes juga berbentuk gelombang, seperti seng. Namun karena bukan berbahan dasar logam, atap ini tidak begitu menghantarkan panas dan suara. Atap asbes tidak berkarat, namun berlumut, yang menyebabkannya berwarna kehitam-hitaman setelah beberapa tahun. Atap asbes dapat pecah jika terinjak. Maka dalam perbaikan sebaiknya diinjak tepat pada bagian rangka. Kalau tidak salah, bahan asbestos untuk membuat atap ini bersifat karsinogenik. Karena itu sebaiknya gunakan plafond di bawah atap asbes.
3. Zinc alume
Atap ini terbuat dari campuran seng dan alumunium dicat. Di daerah saya bahan ini disebut dengan spandek. Salah satu merek yg terkenal adalah Fumira. Bentuk gelombang atap jenis ini bermacam-macam, ada yang bentuknya mirip genting. Ketebalannya juga banyak pilihan. Usahakan pilih ketebalan 0.4mm untuk hasil yg baik Panjang atap zinc alume dapat dipesan sesuai kebutuhan, yang membatasi hanya kepraktisan pengangkutan.
Atap zinc alume tahan karat. Kelemahannya, karena bahannya logam, adalah menyalurkan panas & suara. Namun kelemahan ini dapat dikurangi dengan penambahan lapisan alumunium foil dan glasswool di bawahnya.
Karena sifat-sifat di atas, maka atap zinc alume banyak dipergunakan di pabrik-pabrik dan bangunan berbentang besar lainnya.

4. Sirap
Pada mulanya sirap terbuat dari kayu, namun pada saat ini sudah banyak bahan logam dan sintetis yang dipakai untuk sirap. Bahan-bahan modern ini lebih tahan terhadap cuaca dan jamur daripada kayu. Sirap umumnya dipasang di atas permukaan tripleks, namun ada juga yang cukup kaku untuk dipasang begitu saja. Umumnya sirap memberikan insulasi panas dan suara yang lebih baik dari atap seng atau zinc alume, selain itu penampilannya juga lebih bagus. Namun dari segi harga, sirap lebih mahal dari dua jenis atap tadi.


Selasa, 23 Februari 2010

Genting sebagai bahan penutup atap dan berbagai permasalahannya

Atap bangunan mempunyai peran yang sangat penting baik secara fungsional maupun secara estetis.

Secara fungsional atap merupakan bagian yang paling besar perannya dalam memberikan perlindungan terhadap iklim karena merupakan bagian bangunan yang paling banyak terpapar panas dan hujan.

Sedangkan secara estetis, atap merupakan elemen yang sangat menentukan ciri atau karakter suatu bangunan. Misalnya bentuk rumah gadang dan joglo, paling mudah dikenali dari bentukan atapnya

Secara garis besar, atap bangunan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu jenis lembaran (roof sheet), contohnya seng & sirap, serta jenis kepingan (roof tile) atau dikenal dengan istilah genting.

Pada tulisan kali, saya akan membahas berbagai permasalahan genting sebagai bahan penutup atap

Dibandingkan dengan atap lembaran, atap genting mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
1.Merupakan insulasi panas yang baik, karena bahan yang tebal dan padat mampu meredam rambatan panas. Karakter ini tentu sangat baik untuk menahan paparan terik matahari.
2. Merupakan insulasi suara yang baik, sehingga mengurangi kebisingan suara akibat terpaan air hujan.
3.Memungkinkan pertukaran udara pada ruang di bawah atap. Ini terjadi karena atap genting merupakan rangkaian kepingan yang memungkinkan udara lewat di antara kepingan-kepingan atap. Dengan demikian, udara panas di bawah atap lebih leluasa berekspansi keluar.

Sedangkan kekurangan dari atap genting adalah :
1. Kemiringan atap harus curam, tidak dapat dipasang pada sudut atap landai. Ini terjadi karena atap genting tersusun dari kepingan-kepingan sehingga sudut atap yang landai dapat mengakibatkan bocor pada saat hujan.
2. Bobotnya berat, sehingga menuntut rangka atap yang lebih kuat, yang artinya membutuhkan material rangka atap yang lebih banyak, dan selanjutnya biaya yang lebih besar
3. Lebih rentan terhadap kebocoran. Sekali lagi karena merupakan susunan dari kepingan-kepingan, pemasangan genting menuntut ketelitian dan ketepatan. Jika ini tidak dilakukan, maka interlocking antar kepingan tidak sempurna dan mengakibatkan kebocoran.

Dari segi bahan, ada berbagai jenis genting, antara lain genting tanah liat, genting keramik dan genting beton.

Genting tanah liat adalah jenis genting yang paling merakyat. Dibuat dari tanah liat yang dibakar sehingga berwarna terracotta. Jika pembakaran kurang baik, genting ini akan rapuh atau mudah pecah. Selain itu permukaan genting ini mudah ditumbuhi lumut setelah terpasang beberapa tahun, sehingga menimbulkan warna kehitam-hitaman. Untuk mengatasi masalah lumut ini, seringkali genting dicat sebelum dipasang.







Sama dengan genting tanah liat, genting keramik juga terbuat dari tanah liat, namun pada permukaan atasnya ditambahkan lapisan keramik sehingga mengilap dan tahan lumut. Kualitas pembakaran genting keramik lebih baik dari genting tanah liat karena prosesnya dilakukan di pabrik, bukan di industrik rakyat seperti genting tanah liat. Dengan demikian genting ini lebih keras dan tidak mudah pecah.










Selanjutnya adalah genting beton, yang tentu saja terbuat dari beton dengan finishing cat pada permukaan atas. Dari segi kekuatan, genting ini lebih unggul dari genting tanah liat dan genting keramik. Bobotnyapun lebih berat. Penampilan genting beton sangat dipengaruhi oleh halusnya hasil cetakan dan kualitas cat pada permukaannya.









Bentuk kepingan genting beraneka ragam, gambar-gambar di atas sekedar contoh saja untuk menggambarkan perbedaan penampilan masing-masing jenis genting. Namun yang pasti dalam setiap kepingan pasti terdapat alur-alur untuk interlocking antar kepingan. Dan terakhir, perlu diperhatikan juga, bahwa atap genting memerlukan asesoris-asesoris dalam pemasangan, yaitu rabung dan genting penutup pinggir kiri dan kanan.


Demikian kira-kira plus minus dari pemakaian genting sebagai penutup atap. Pada kesempatan selanjutnya saya akan menulis mengenai penutup atap lembaran (roof sheet). Kiranya bermanfaat bagi teman-teman









Sabtu, 14 November 2009

Seputar Rangka Atap Baja Ringan [2]

Beberapa saat yang lalu saya menggunakan rangka atap baja ringan pada salah satu proyek kami. Pemasangan rangka atap tersebut merubah pandangan saya, bahwa rangka atap ini hanya cocok untuk bentang-bentang pendek. Faktanya rangka atap yang kami pasang mempunyai bentang 9m dan cukup kuat.

Dari segi keekonomian, rangka atap baja ringan lebih murah daripada rangka atap baja. Namun perlu disadari bahwa pertimbangan sistem struktur secara keseluruhan harus dilakukan untuk menentukan pilihan.



Kebetulan pada proyek kami, sistem struktur yang digunakan adalah beton bertulang, dengan demikian dapat mengakomodasi persyaratan baja ringan yang menuntut jarak antara kuda-kuda yang lebih rapat. Dalam hal ini adalah sekitar 2.6m untuk penutup atap spandek. Bandingkan dengan kuda-kuda baja yang biasanya dipasang pada jarak 6m.

Kesimpulannya, kuda-kuda ringan juga dapat dipakai untuk bentang lebar, namun perlu diperhatikan bahwa jarak antara kuda-kuda lebih rapat sehingga perlu penyesuaian pada struktur di bawahnya.